Kamis, 02 April 2015

Dan... Surat Terbuka Untuk Priaku: Sebab Aku Tahu, Betapa Tak Mudah Jadi Kamu



Hey...
Barangkali kamu akan tersenyum geli ketika menemukan surat ini, Priaku.
Mungkin kamu pun bertanya. Kenapa jadi aku yang mengirimimu tulisan di Hari Wanita Internasional?
Bukankah seharusnya ini giliranmu mengungkapkan perasaan?
Tapi sudahlah, bukankah kita sama-sama cukup dewasa untuk tidak lagi menghitung untung-rugi dalam urusan hati?
Di hari paling spesial bagi para wanita ini ijinkan aku sedikit memutar peran, agar kaulah yang justru jadi pusat perhatian.

Sering kali aku membayangkan beratnya jadi dirimu. Bukankah tidak ringan kewajiban sebagai "laki-laki" yang kau sandang dibahu ?...

Orang bilang sekarang jadi wanita atau pria sama saja beratnya.
Kita sama-sama harus bekerja, berbagi peran demi bahu-membahu meringankan beban keluarga.
Setiap hari kau bangun jam 3 dini hari demi ibadah malam kemudian membersihkan dan memanaskan kendaraan. Sementara aku sibuk di belakang, memasak bekal dan membersihkan rumah sebelum ditinggal.

Kita bukan pasangan berlebih yang bisa menyewa orang untuk bersih-bersih.
Kita masih perlu berhitung ketat. Tagihan listrik bisa terbayar dari uang jatah makan siang yang dihemat.

Perubahan tuntutan hidup menjadikan kita satu tim yang solid. Tidak seperti generasi ayahku atau ayahmu yang bisa menyuruh istri-istrinya duduk manis mengurus rumah, kini kau harus melepasku keluar dengan pasrah. Gajimu saja tidak cukup untuk memenuhi tabungan pendidikan calon anak kita. Kebutuhan hidup yang kian menggila memang logisnya hanya bisa terpenuhi jika dibagi berdua.


Kerabat kita bilang mereka kasihan melihatku yang harus ikut banting tulang bekerja. Tak sekali-dua kali mereka bertanya, "Apakah tidak cukup lelakimu saja yang berjuang diluar sana ?... Tidak bisakah kamu diam dirumah, seperti wanita selayaknya ?..."


Tapi bagaimana perasaanmu, priaku?
Tersakitikah egomu saat mereka membicarakan kita — dan melabelimu sebagai pria yang tidak bisa melindungi wanitanya?
Apakah harga dirimu terlukai ketika aku bilang tagihan tv kabel dan listrik bulan ini sudah kulunasi?

Jika selama ini ternyata kau menyimpan sakit itu sendiri, sekarang giliranku berdiri di sisimu dan mengajakmu berbagi. Ketahuilah Priaku Sayang, kamu tak pernah sendiri.


Belum cukup hanya tekanan dari luar saja. Kerumitan menghadapiku juga sering membuatmu sakit kepala. Akan kuangkat topi, atas kesabaranmu yang tak ada duanya.


Kamu bertahan, priaku. Meskipun aku sering bilang “Terserah“, saat ditanya mau makan di mana dan membuatmu geleng-geleng tak percaya.


Kamu juga selalu sabar menjelaskan yang mana arah utara, bagaimana harus mencapai suatu tempat tanpa tersasar sebelumnya. Kamu tak pernah meledak melihatku tidak bisa memarkir mobil dengan lurus, atau ketika aku panik saat komputerku terkena virus.


Belum lagi ketika PMS melanda dan kamu kena getahnya. Atas nama estrogen aku bisa bertingkah jadi gadis manja dengan emosi dan nafsu makan menggila.

Setiap malam, tanpa perlu kuminta, kau akan merentangkan lengan agar aku bisa tidur di bahu atasmu dengan nyaman. Kau sediakan ruang lapang di antara bahu dan lehermu untuk tempat bersandar.


Wanita yang kau cintai ini adalah wanita yang sama, yang membuat otoritasmu sebagai pria tak lagi seperti titah pandita raja. Tapi hatimu besar, Sayang. Kamu tetap ikhlas memberikan semua yang kau punya. Saban hari, kau tetap berada di sisiku layaknya seorang pria.


Sesungguhnya ingin kubilang pada dunia. Jika selama ini hanya aku yang dapat sorotan cahaya, justru kamulah yang paling luas hatinya.


Aku tahu, dalam hatimu kau pun ingin melihatku bisa jadi wanita seutuhnya. Seperti ibumu, tantemu, nenekmu, atau seperti penggambaran wanita di buku pelajaranmu dulu.

Mereka yang bisa tinggal di rumah sepanjang hari demi mengurus buah hati. Mereka yang tidak perlu dipusingkan dengan target pekerjaan bulan ini. Wanita yang punya waktu untuk menyemprotkan parfum dan berdandan rapi demi menyambut kepulangan suami.

Walau tidak banyak bicara, tentu sulit rasanya membiarkan pasanganmu membayar beberapa tagihan kebutuhan keluarga. Hatimu tetap mencelos, ketika kau tahu wanitamu berdandan lebih rapi demi bertemu klien yang hanya kau dengar namanya saban hari.

Selama ini orang-orang di luar sana hanya melihatku sebagai pihak yang berkorban demi keluarga. Aku memang bekerja, aku juga ambil andil dalam memberikan kehidupan yang lebih layak bagi kita.

Tapi sesungguhnya kau selalu punya pilihan untuk tetap tampil paling depan dalam pondasi yang kita bangun bersama. Kau bisa saja melarangku memanfaatkan gelar yang kupunya, memintaku di rumah saja — mengatur uang dan hidup seadanya.

Namun hatimu luas, Sayang. Kau biarkan aku berkarya, kau berikan kepercayaan padaku untuk ambil andil membangun hidup kita bersama. Tanpa keikhlasanmu, aku tak akan tumbuh jadi wanita yang berani bersuara dan punya daya.


Genggam tanganku, Sayang. Hari ini tak perlu lagi kita ributkan soal fiminisme atau hak asasi. Sebab, priaku keihklasan dan pengorbananmu juga tak kalah tinggi.


Orang di luar sana boleh ribut soal hak-hak wanita yang mereka rasa belum terpenuhi. Bagaimana pria menginjak-injak harga diri dan kebebasan yang mereka miliki.




Tapi setelah semua yang kita lalui, kini aku mengerti. Perjuangan kita memang tidak di satu segitiga sama sisi. Tapi tidak ada yang lebih pantas mengeluh disini!


Aku bisa saja bilang bahwa kini aku berperan ganda. Jadi pengatur kestabilan keluarga dan pencari nafkah nomor dua. Tapi di balik segala predikat “hebat” yang disematkan padaku, ada pengorbananmu yang banyak orang belum tahu. Ada kelapangan hatimu yang sering tersapu cepat seperti angin menerbangkan debu.

Kau pun berkorban sama besarnya agar wanitamu bisa mengembangkan kemampuan yang dipunya. Kau tekan egomu, kau tundukkan hasrat ingin jadi nomor satu. Meski sebenarnya kau bisa melarangku, kau biarkan aku berjuang sendiri demi mendapatkan apa yang ku mau.

Di hari yang konon penting bagi wanita di seluruh dunia ini, Priaku — ijinkan aku mempersembahkan kemuliaan untukmu.


Sebab sungguh,
kini aku mengerti betapa tak mudah jadi kamu.


Sumber : http://www.hipwee.com/feature/surat-terbuka-untuk-priaku-sebab-aku-tahu-betapa-tak-mudah-jadi-kamu/

 

Hormat saya,
 

_Kukuh Budiawan_





 



 



 



 

Rabu, 01 April 2015

Dan... Inilah Perjalanan Touring Sawarna Beach [ Part 2 ]


Touring Sawarna with Friends [ Part 2 ]


Hallo para blogger semua...
Kali ini saya akan bercerita tentang perjalanan touring kemarin ke Sawarna, sebuah pantai yang terletak di daerah Bayah - Banten.



Ini adalah trip kedua saya ke lokasi ini, dimana sebelumnya pernah kesini pada Oktober 2013 silam, part 1 belum sempet saya tuang ceritanya dalam blog ini ( nanti saya ceritain deh part 1 nya )

Rencana trip ini dimulai seminggu sebelum tanggal keberangkatan, ceritanya saya diajak sama temen tongkrongan anak-anak C_Net (sekumpulan anak-anak warnet, kebetulan yang punya warnet itu temen saya), singkat cerita deal lah waktu untuk menentukan tanggal keberangkatan, waktu keberangkatan tanggal 28 Maret malam hari.
Padahal di tanggal yang sama sebenernya itu bentrok dengan jadwal saya yang lain, kebetulan juga lagi ada acara lain di komunitas lain yang saya ikuti (komunitas aquascape). Tapi pikir saya, ahh malam hari ini berangkatnya, bisalah buat saya untuk berangkat, ya paling harus siap-siap tenaga ekstra aja karena pasti akan kurang tidur karena malam sebelumnya saya mesti kerja malam loading in persiapan kontes aquascape itu (nanti akan saya bahas pada thread yang lain di luar judul ini ya). Dan saya pun dengan rencana touring ke Sawarna ini hanyalah sebagai rencana back up aja, karena niat ga niat buat ikut touringnya dengan melihat sikon cuaca yang masih kurang menentu seminggu terakhir ini, alias sering hujan.

Skip...

Dan... tibalah hari yang di jadwalkan... Sabtu, 28 Maret 2015...
Dapet pesan Bbm dari temen nanyain ketersediaan saya jadi ikut apa tidak, sementara posisi saya masih di lokasi Kontes Aquascape itu, langsung saja saya mengiyakan kalo saya siap ikut.
Langsung saja bergegas izin pamit dengan para Panitia Kontes untuk bisa pulang lebih awal dan sekalian menyampaikan bahwasanya saya tidak bisa hadir pada proses loading out esok malamnya.

Sampai di rumah pukul 21:00 WIB, mandi dan istirahat sebentar rebahan diatas kasur (awalnya sih hanya sekedar rebahan, tapi karena efek kelelahan seharian ngurusin kontes akhirnya saya pun ketiduran, untung aja kuping masih connect kalo denger suara panggilan masuk di HP).

Jam 23:00 WIB berangkat dari rumah ke meeting point. Disana sudah ada mereka-mereka yang akan ikut perjalanan touring ini. Sebagian merupakan temen saya, dan sebagian lagi dari geng warkop sebelah toko temen, saya juga kadang suka nongkrong warkop itu. Ngga ada yg saya kenal sih anak-anaknya tapi tak apalah nanti juga pada tau, yang penting kebersamaannya kalo buat saya.
Sekitar Jam 23:45 WIB berangkatlah saya beserta mereka, dengan tujuan utama cari pom bensin yang ada ATM BCA nya (sekalian isi bensin full + ambil sedikit dana di ATM ). Meluncurlah dengan 9 motor dan 16 orang menuju Sawarna.


Rute perjalanan nya itu dari Limo (basecamp) - Sawangan - Jl. Raya Parung Bogor -  Ciawi - Sukabumi (via Cikidang) - Pelabuhan Ratu - Cisolok - Sawarna.
Selama perjalanan, rute jalan yang kita pilih itu jalannya lumayan bagus dari Limo - Ciawi, begitu masuk jalan raya Sukabumi disana tantangan jalan berlubang sudah menanti, harus extra mata liat sikon jalanan saat malam gini, ditambah lagi rasa lelah yang sedang saya rasain karena semaleman kurang tidur. Tapi walaupun sudah extra konsentrasi, tetap aja jalanan berlobang masih kehajar juga.

Memasuki kawasan Cikidang, sempet berhenti sebentar untuk cek sikon tangki bensin all bikers, masih pada diatas setengah bar (cukuplah untuk menempuh jalur cikidang ini).
Ditengah jalan, kami semua bertemu dengan serombongan komunitas bikers lain (sepertinya dari komunitas Yamaha Bison, karena kebanyakan isinya type Yamaha Bison semua yang berjumlah sekitar 30-an motor). Dikarenakan jumlah mereka yang lebih banyak daripada jumlah motor dalam rombongan kami, maka saya & teman-teman gabung dalam deretan belakang komunitas ini, ga enakan juga mau di salip duluan... hehe...

Tanjakan yang tajam, turunan yang curam, kelokan yang fatal menemani perjalanan kami di rute ini, maklum ini adalah jalur alternatif untuk bisa menembus Pelabuhan Ratu daripada mesti lewat jalur utama Cibadak yang sangat jauh + mesti beriringan sama mobil-mobil kelas berat.
Hampir tiba di penghujung jalur cikidang terjadi accident dalam komunitas anak-anak Yamaha Bison di depan, dalam rombongan mereka ada 1 motor yang keluar jalur jalan saat menanjaki tanjakan yang terdapat kelokan yang tajam hingga motornya nyemplung ke sisi parit yang lumayan dalem, apalagi sikon keadaan sekitar gelap gulita, beruntungnya 2 penumpangnya safety ride. Dan berhenti pulalah saya beserta rombongan untuk menyaksikan accident ini. Sekalian istirahat beberapa menit meluruskan tulang yang sedikit berasa pegal, hihi...

Setelah dirasa cukup rehat sejenak, maka berlanjut lagi perjalanan rombongan saya meninggalkan rombongan anak-anak komunitas itu. Jalanan yang sepi, gelap karena kurangnya penerangan, sisi kanan kiri hutan, ditambah lagi jurang yg terjal di sisi kedua jalanan membuat kita semua konsentrasi extra. Apalagi sikon motor saya yang ban belakangnya sudah botak jadi bikin ngeri kalo bawa lewat jalur yg sepi gini, ngeri bocor dijalan maksudnya (ketakutan no.1 yg paling saya cemaskan).

Dan tanpa di duga, pengendara motor dalam rombongan saya yang posisinya ada persis dibelakang iring - iringan saya mengalami accident juga. Sama persis kejadiannya seperti yang dialami oleh komunitas Bison tadi, bahkan motor yang temen saya kendarai ini juga type Bison juga. Ini karena dia tidak sempet mengelak saat di depannya ada batu besar yang melintang pas banget di kelokan yang tajam. Sebenernya sih saya juga kaget banget saat di depan saya ada batu yang lumayan gede (bisa bikin jatuh kalo dilindes) dan masih untungnya saya bisa ngeles dari batu itu, namun malang pengendara di belakang kurang sigap dan kena lah dia, yang bonceng pun nyungsep (jatuh) ke selokan & pengendaranya jatuh disamping motornya.


ini dia motor Byson nya...


Rombongan bagian depan saya klakson tidak ada yang berhenti (disitu kadang saya ngerasa sedih... haha), yasudahlah jadi cuma saya aja yang bantu nolongin. Sempat mati sesaat dan agak susah di nyalain motornya, tapi akhirnya bisa juga (dan buru-buru mengucap syukur).

Sementara rombongan yang lain sudah menunggu di jalan raya Pelabuhan Ratu, sekalian mampir ke minimarket beli minum & isi perut dengan sepotong roti, ditambah isi amunisi bensin yang sudah semakin menipis. Tadinya saya pikir SPBU di Pelabuhan Ratu dekat pelelangan ikan itu buka 24 jam, tapi ternyata tidak! Berarti saya kurang beruntung!
Jadilah kita semua isi pake pertamini eceran yang masih buka pagi-pagi buta gini, dan untung saja nemu.

Selepas istirahat, disinilah awal mula cerita accident kedua bermula.
Salah satu pengendara motor dalam rombongan saya ini ternyata ada berantem-berantem kecil dengan pacarnya. Intinya, si pacarnya ini (ceweknya si pengendara) ingin biar dia yang bawa sendiri motornya, bukan tidak dikasih tapi melihat keadaan motor dengan medan jalan yang belum dia pahami membuat kami semua bersikap keras untuk melarang cewek itu bawa motor sendiri, terlebih lagi motor yang dia kendarai itu sejenis motor sport Kawasaki Ninja 250 RR yang tidak sebanding dengan perawakan badan si cewek yang imut-imut ini.


Lanjutlah jalan lagi, ga jauh dari Hotel Samudra ada posko retribusi jalan milik pemda setempat (katanya lho ya, saya juga tidak tau benar apa tidak) dan sangat mencengangkan serombongan saya di minta retribusi sebesar Rp 8000/motor + Rp 3000/orang.
Berhitunglah kita semua bisa kena berapa itu jika ditotal keseluruhan?...
Motor Rp 8000 x 9 =  72000
Orang Rp 3000 x 16 = 48000
Total keseluruhan jadi Rp 120000

Jumlah yang fantastis jika itu hanya untuk 1 rombongan saja, gimana dengan rombongan yang jumlahnya lebih banyak dari saya ya?...
Belum lagi dengan pungli untuk Bis Pariwisata / Mobil pribadi berplat B atau plat diluar area Bogor Sukabumi. Kemanakah gerangan dana itu digunakan ?...

Skip... Skip...

Jalan melewati beberapa pantai di pinggiran Pelabuhan Ratu sikon jalanan masih mulus dan datar, namun selepas melewati pantai Karang Hawu sikon jalan mulai menantang dengan kelokan tajam & tanjakan tingginya. Dan selepas pantai ini, accident kedua pun terjadi.

Kita semua melewati perkampungan yang sedang mati listrik, sepanjang jalanan yang melintasi perkampungan itu gelap gulita. Hanya pembatas jalan yang ditengah aja yang terlihat sebagai tanda & patokan kita jalan. Jalanan yang licin, gelap gulita, & medan jalan yang banyak belum tau tanpa disadari sebagian dari mereka itu seharusnya buat mereka sadar untuk tidak terlalu kencang mengendarai motornya. Nahas memang, akhirnya nasib sial menimpa bikers Ninja itu, braaaaaakkkk!!!!... nabrak tiang listrik bro!

Dan hancurlah bagian depan motornya itu, tapi untungnya motornya masih bisa untuk diajak jalan (karena yang menghantam tiang listrik hanya bagian diatas ban depan saja, segitiga motornya pun tidak sampai kena). Saya yang sampai di tkp deratan belakang pun spontan panik, dengan sigap buru-buru turun dari motor buat cek sikon korban. Kalo diliat dari fisik luar sih ngga kenapa-kenapa, tapi bagian dalem badan ya mana tahu, saya anjurin buat secepatnya bawa aja ke rumah sakit / klinik, tapi si penumpang cewek motor ini menolak tidak mau dibawa. Katanya hanya keseleo aja kaki kanannya, dan cowok nya juga gak apa-apa.

Waktu menunjukkan pukul 03:00 WIB pagi, mesti nunggu matahari terbit dulu sampai akhirnya bisa ngebongkar bagian depan motor yang ringsek itu...

Terpaksa cari mobil bak sewaan buat angkut pulang motor, dan kena tarif Rp 750.000 untuk sewanya (harga yang masuk akal jika sejauh itu menurut saya), dan gugurlah 1 motor & 1 orang dalam touring ini.
Lho koq cuma 1 orang?... bukannya ini kejadiannya boncengan?... Sepasang kekasih juga ya kan?...
Iya memang, boncengan... pacaran pula... tapi pacarnya tidak ikut pulang, malah bonceng ke saya... (disinilah kesetiaan pasangan itu diuji, haha...)
Yah mao gimana lagi emang ?... Terpaksa saya yang tadinya ngebikers sendiri jadi bawa boncengers deh... Anggap saja selayaknya adik sendiri...



Lokasi kecelakaan & keadaan motor

Masih sempatnya narsis gini....

Tampangnya masih syokkk....



Sampai di Sawarna, mesti melewati jembatan gantung yang extreme, jarang ditemukan dikota-kota besar. Butuh extra konsentrasi saat lewat jembatan ini, karena saat dilintasi oleh kendaraan bermotor jembatan ini akan goyang dan seakan-akan menari-nari menakuti kita dengan sungai yang lebar dan panjang dibawahnya.

Bayar tarif masuk di posko depan jembatan, lalu kita semua mulai memasuki kawasan home stay yang didirikan oleh penduduk setempat. Home stay disini lumayan banyak & harga nya pun relatif sesuai bentuk bangunan & fasilitasnya. Tinggal pilih saja yang sesuai dengan kantong anda jika ingin menyewa home stay di Sawarna ini.

Tiba dipantai langsung cari parkiran yang teduh dibawah pohon biar motornnya tidak kejemur.
Ketemulah posisi yang teduh dibawah pohon yg rindang depan gazebo / saung.
Istirahat sambil isi perut di salah 1 warung yang ada di pinngir pantai ini, tinggal pilih aja untuk saung yang mau digunakan beristirahat. Kami memakai 2 saung, dimana 1 saung digunakan untuk menaruh segala perlengkapan yang kami bawa (sekalian buat tidur juga masih muat), sementara satunya lagi untuk bercengkrama bersama.

Sebetulnya mata terasa banget ngantuknya saat dalam perjalanan, tapi begitu sampai di Sawarna, sekejap rasa ngantuknya hilang. Mau dipaksakan untuk tidur pun rasanya mata sulit banget, karena cuaca yang cukup terik & suasana obrolan yang berisik jadi bikin gak nyaman untuk terlelap.

Tadinya ingin main air di pantainya, tapi karena masih trauma dengan kejadian kemarin (pernah saat usai berenang di laut, kulit wajah serasa pada melepuh semua, terpaksa mengurungkan niatan untuk berenang). Akhirnya saya hanya berkeliling menyusuri sepanjang pantai cari ikan-ikan laut yg kecil, tapi tidak nemu hahaaaa... apes yeee...

Puas berkeliling menyusuri pinggiran pantai dan jepret - jepret sedikit bareng teman - teman, karena posisi matahari yang semakin meninggi & semakin panas akhirnya kita memilih untuk balik ke basecamp. Waktu berjalan hingga sorepun tiba, kami semua berpindah lokasi dari pantai menuju lokasi maskotnya Sawarna, yaitu ke 'Batu Layar'. Belum berasa ada di Sawarna kalau kita tidak mengunjungi batu ini untuk foto - foto sebagai media kenang - kenangan kalo kita itu pernah ke Sawarna.

Dan waktu semakin larut sore, puas sudah mengunjungi Batu Layar maka saya & rombongan pun berkemas untuk melanjutkan perjalanan pulang. Karena waktu sudah menunjukkan pukul 17.30 Wib, dan kemungkinan perjalanan pulang yang akan saya tempuh adalah 7 jam kedepan.

Berjalanlah kami semua meninggalkan Sawarna, dengan keadaan langit mulai berganti dari terang menjadi gelap perlahan yang mengiringi perjalanan pulang ini. Selepas keluar pintu masuk Sawarna, boncengers yang bersama saya ini mengeluh katanya ngantuk berat, yasudah saya menyarankan kepada teman - teman yang lain agar bisa mengimbangi laju kendaraan saya agar saya tidak tertinggal terlalu jauh dikarenakan saya membawa boncengers yang tertidur. Agak sedikit ribet memang kala kita berboncengan dengan keadaan boncengers yang tidur, mau tidak mau beban motor akan jadi terasa lebih berat karena saya harus mengimbangi posisi badan si boncengers agar tidak terjatuh.

Yasudah dengan terpaksa saya berjalan mengendarai motor hanya dengan menggunakan tangan kanan saja sebagai pengendali gas dan setir kendaraan, dikarenakan tangan kiri saya harus memegang tangan si boncengers agar tidak terlepas dari posisinya. Lumayan cukup jauh juga saya alami keadaan seperti itu, tangan berasa berat, pegal pun mulai terasa, punggung pun mulai berasa berat karena cukup lama jadi sandaran kepala si boncengers itu. Untung saja helm tidak dipakai, nekat memang tapi itu sedikit meringankan karena jika si boncengers memakai helm pasti akan terasa sekali pegalnya. Lumayan jauh juga dari Sawarna sampai Sukabumi (sampai sekitar Cibadak) hanya saya saja yang menggunakan helm.

Karena kami semua menempuh jalan pulang yang berbeda dengan jalur saat kami datang kemarin. Dalam jalur pulang ini kami menempuh perjalanan via Cibadak, semakin jauh memang jalur yang kami tempuh tapi jalanannya memang lebih landai daripada jika kami harus pulang melewati jalur Cikidang. Jika berbicara soal jalanannya tentu jalur Cikidang lebih baik dengan jalan aspal yang lebih halus tapi banyak tanjakan yang sangat curam dan jalur yang sepi dari kendaraan roda 4 yang berat, sedangkan jika melewati Cibadak jalurnya memang lebih landai karena merupakan jalur utama kendaraan Sukabumi - Pelabuhan Ratu. Banyak pemukiman warga jika melewati jalur ini, tapi ya namanya sudah malam pemukiman warga disini serasa perkampungan mati yang sangat sepi dan jarang tanda - tanda kehidupan. Buat saya pribadi, suasana mistis lebih berasa jika melewati jalur Cibadak ini daripada saat saya melewati jalur Cikidang, entah mengapa saya pun tak mengerti.

Akhirnya kami semua melepas lelah sejenak di penghujung jalur Cibadak, didepan sebuah pabrik kami beristirahat mengisi perut dengan tukang dagang sekitar yang melintas saat itu. Saya sendiri pun memilih untuk tidur - tiduran di depan pabrik itu, bukan karena ngantuk tapi karena pundak berasa pegal sekali. Ada yang menikmati semangkok baso dan ada pula yang memesan nasi goreng, saya pun memilih untuk menikmati sepiring nasi goreng, karena perjalanan jauh seperti ini yang di butuhkan tubuh saya itu makanan yang mengandung karbohidrat (halahhhh.. padahal mah saya lapar berat).

Usai melepas letih dengan mengisi bahan bakar perut, kami semua melanjutkan kembali setengah perjalanan yang tersisa. Masih jauh sekali, dan rasanya memang ingin cepat sampai dirumah saja & mengakhiri perjalanan yang -agak- berat ini. Dan tadinya saya kira setelah beristirahat, boncengers yang bersama saya ini akan hilang rasa kantuknya, tapi apa daya malah menjadi-jadi rupanya (tepok jidat lagi, perjuangan belum berakhir ternyata). Yasudahlah dinikmati saja kesementaraan ini, sama-sama coba memahami aja ceritanya...

Hingga tiba di daerah sekitar Cicurug Sukabumi, jalanan yang berlubang membuat saya harus fokus konsentrasi untuk bisa menghindarinya. Selihai-lihainya saya menghindari lubang tapi ada saatnya juga saya tidak bisa menyeimbangkan boncengers yang tertidur dibelakang saya ini, dan motor pun oleng tapi beruntungnya si boncengers masih bisa saya tangkap sebelum jatuh, alhamdulillahnya kami berdua selamat tidak sampai jatuh apalagi terlepas dari motor. Karena di belakang saya ada 2 motor teman yang memang sengaja selalu ada di belakang saya untuk mengimbangi laju motor saya.

Kebetulan tidak jauh dari sana ada SPBU, dan berhentilah rombongan kami yang tertinggal 3 motor ini untuk cuci muka menghilangkan rasa kantuk agar lebih fresh. Saya pun berpikir keras gimana caranya agar si boncengers ini tidak tertidur lagi, karena bahaya sekali membonceng orang yang tertidur saat mengendarai motor.

Selepas dari SPBU saya lanjut lagi menempuh perjalanan, masih fresh setelah cuci muka. Namun tidak jauh dari SPBU itu ada razia kepolisian wilayah Sukabumi, dan sialnya si boncengers saya ini tidak memakai helm, apes!
Ditanyalah oleh bapak polisi itu darimana dan mau kemana?
Saya pun menjawab saja dengan alakadarnya.
Lalu dicek surat kelengkapan kendaraan, serahin semua yang saya bawa, STNK dan SIM komplit.
Terus cepat - cepat mengakui kesalahan jika boncengers saya tidak memakai helm sebagai standarisasi dalam berkendara di jalan raya, daripada itu polisi macem-macem cari-cari kesalahan saya yang lain dan saya pun meminta untuk ditilang saja.

Tampaknya nasib baik sedang berpihak saat ini, tidak jadi ditilang dan hanya di peringati saja oleh bapak Polisinya, alhamdulillah.... tos! plaakkk!!!
Dan helm pun segera dipakai oleh si boncengers saya ini.
Lanjut lagi rupanya teman-teman yang lain yang jalan di depan sudah menunggu saya, anehnya mereka tidak kena pemeriksaan razia tadi. Ow ow.. ada konspirasikah ?... Hihi...

Berjalan terus dengan kecepatan masih sama seperti dari Sawarna - Sukabumi hingga sampai di jalan baru Salabenda, insiden kedua hampir menimpa saya dan boncengers ini lagi. Lagi-lagi kali kedua saya masih diselamatkan dari kecelakaan. Insidennya sama seperti di Cicurug tadi, si boncengers terlepas pegangannya dari saya.
Berhentilah sesaat dan mengeluh pada teman-teman yang lain kalau saya angkat tangan jika harus berkendara dengan kondisi boncengers tertidur seperti ini terus. Dan nahasnya si boncengers tidak mau dioper dari belakang saya, tetap minta bertahan jadi boncengers saya. Mau bilang apalagi coba?

Yasudahlah, lepas helm si boncengers (lagi-lagi saya harus menantang maut) dengan maksud si boncengers agar tidak tertidur, dan memilih untuk berkecepatan tinggi agar mata si boncengers kena angin dan tidak tidur. Cara yang saya lakukan berhasil, ya walaupun sangat berisiko jika kenapa-kenapa nantinya.
Perjalananan pun berakhir, tiba juga dirumah dengan selamat tanpa lecet sedikitpun. Waktu menunjukkan pukul 01.00 pagi. Usai sudah 7 jam perjalanan pulang dari Sawarna ini. Rasa lelah, senang, kesal terbayarkan sudah untuk 2 hari perjalanan touring ini.

Dan manfaat yang bisa saya petik dari perjalanan ini adalah "Bahwa teman seperjalanan itu masih lebih penting daripada tujuan perjalanan itu sendiri, karena dengan mereka kita bisa menikmati chemistry perjalanan secara bersamaan!"

Sekian sudah cerita perjalanan saya ke Sawarna Part 2 ini, banyak memory yang tercipta dalam perjalanan ini. Bahagia, susah, kesal, canda tawa semua campur aduk rasanya.



Penulis,


_Kukuh Budiawan_