Selasa, 03 Maret 2015

Dan.. Kita, ‘genap yang ganjil’…



Pernahkah kalian merasakan kesepian ditengah keramaian ? …

Pernahkah kalian bertahan pada 1 sikon yang menurut kalian menjemukan ? …

Pernahkah kalian berharap segala keinginan kalian haruslah terwujud ? …

Pernahkah kalian dituntut menjadi pribadi yang perfectionist diluar batas kemampuan ?...

Pernahkah kalian… dan pernahkah kalian ? …


Pertanyaan diatas tersebut merupakan pengalaman saya sebagai penulis disini, dan mungkin barangkali ada juga yang mempunyai pengalaman yang sama seperti diatas, just share aja…

Bagaimanakah perasaan kita saat kejadian dalam pertanyaan itu menjadi nyata dalam kehidupan kita?..
Tentu berat bukan menjalaninya ?… 
Ya, pasti berat… bohong besar kalo kalian bisa enjoy tanpa gelisah sedikitpun jika ini terjadi pada kalian. Kalaupun nantinya bisa melewati ini, pasti ada 1 beban setidaknya yang pernah bikin gelisah, bikin down!

Saat dalam keramaian kita bisa merasakan sepi, lalu harus bertahan pada sikon yang menjemukan, belum lagi keinginan yang harus ‘memaksa’ Tuhan untuk mewujudkannya, bahkan tuntutan dari orang luar sana yang harus selalu menampilkan kesempurnaan… Oh Em Ji.. rasanya isi kepala terasa mau pecah, hal terjeleknya bahkan bisa menyebabkan keputusasaan...


Berasa lengkap tapi terasa kesepian…
Berasa genap tapi terasa ganjil…

Berasa utuh padahal remuk redam…
Berasa bahagia padahal kecewa…

Kita atau mereka selalu berharap prima tanpa pecahan dari setiap pembilang & penyebut yang pernah terucapkan, padahal kita seharusnya sadar, tak  ada kesempurnaan yang hakiki di dunia ini. Kita atau mereka punya kelebihan & kekurangannya masing-masing. Ketidaksempurnaan itu yang seharusnya menjadi pemersatu pembeda bagi kita semua. Tanpa harus ada pembatas, apalagi rentang jarak yang jauh sebagai pembeda kita sesama manusia.

Dalam hal pertemanan, mungkin perlu meniru seperti 2 sendok. Ya, sendok yang sering kita pakai dalam keseharian di rumah kita yang biasa digunakan untuk makan. Anggap saja 2 sendok itu perwakilan sebagai perwujudan dari kepribadian kita dan teman kita. Hikayat yang mampu kita peroleh dari 2 buah sendok itu seperti ini : “Seburuk & sebaik apapun sifat, sikap, karakter, ataupun fisik seseorang, semestinya kita memperlakukannya haruslah sama. Tanpa pilah pilih, karena kita semua sama, sederajat pula sebagai mahkluk dimuka bumi yang bernama Hamba di mata Tuhan nya. Seperti selayaknya sendok, sebusuk & semanis apapun mulut seseorang itu, sendok tetaplah sebuah sendok yang akan dipakai untuk menyuapi apa yang dimakan.”

Sudah seyogyanya kita sebagai mahkluk yang diberikan akal sehat serta pikiran, mampu berjalan bersama, berdiri sama tinggi & duduk sama rendah

Bagaimana jika ini diaplikasikan dalam hal pasangan ?
maksudnya kepada calon teman hidup gitu alias pacar...
Pasti pernah kita berkeinginnan punya pasangan yang perfect. Siapa sih yang ngga nolak jika dipertemukan dengan manusia yang seperti itu ?... Saya pun pasti akan cepat meng’iya’kan pemberian Tuhan ini jika diberikan, secara 'perfect' gitu lho...


Tapi sudahkah kita berkaca pada keadaan diri kita sendiri ?... 
Sudah pantaskah diri kita jika disandingkan dengan mereka yang (katanya) 'perfect' itu ?... 
Jika belum, haruskah kita berpura-pura menjadi perfect diluar batas kemampuan diri kita yang kita punyai ?... 
Nyamankah nanti pada akhirnya jika kepribadian kita nyatanya bukanlah diri kita yang sebenarnya, hanya demi mengejar tuntutan dari orang lain. Jangan hanya jadi manusia yang sering bercermin tetapi tanpa berkaca.


Hal terberat itu memahami orang lain, memahami perbedaan yang ada dalam dirinya agar bisa di sepadankan dengan perbedaan yang ada pada diri kita. Menyatukan semua perbedaan itu perlu proses panjang serta pengalaman kebersamaan. Tanpa kebersamaan sulit rasanya berbagi hal-hal yang ingin dicapai kedepannya. 

Ada mereka yang jauh dari sempurna tapi membekas...
Ada mereka sosok yang tak sempurna tapi bermakna...

Semoga kita semua masih tetap bisa tersenyum bahagia dengan hal-hal sederhana dalam kebersamaan…



Wassalam,


_Kukuh Budiawan_


Tidak ada komentar:

Posting Komentar